Rabu, 23 Mei 2012

Kontemplasi

Tidak ada yang spesial pada hari ini. Seperti biasa aku terbangun pada siang menjelang sore hari, dengan udara panas dan gerah. Kipas angin yang telah setia memberikan hembusan angin pun tidak kuasa untuk menyingkirkan hawa gerah yang berputar dalam rumah kontrakan ini. Kunyalakan pesawat televisi, kutatap tayangan yang muncul masih dengan malas-malas, tidak ada yang begitu menarik, hanya tayangan rutin yang membawakan tema yang sama. Aku pun kemudian beranjak menuju dapur, membuka lemari es, menuangkan air kedalam gelas, dan meneguk air dingin itu hingga tandas. Aku kembali ke tempat tidur dan menyaksikan tayangan televisi. 
Tidak ada yang menarik dalam kisahku ini, sudah hampir 2 bulan aku menjalani rutinitas yang tidak dinamis ini. ya walaupun sebulan sebelumnya, aktivitasku juga tidak jauh berbeda. satu-satunya perbedaan hanyalah, sebulan sebelumnya aku masih menyempatkan diri untuk keluar rumah, melakukan aktivitas di kampus, selebihnya tidak ada yang berbeda. sudah hampir satu bulan juga aku tidak melakukan kontak komunikasi dengan beberapa orang melalui pesawat telepon genggam. mungkin ini juga berkorelasi dengan kenyataan bahwa aku bukan orang yang mobile, jadi mobile phone memang tidak begitu ada fungsinya bagiku. Lingkaran kekerabatan/sosialita yang kumiliki tidak luas, aku bukanlah orang yang sibuk kesana-kemari sekedar saling sapa atau mengurusi urusan orang lain. aku hanyalah common people, orang biasa yang mungkin terlalu biasa. yang bahkan kalau aku masuk dalam sebuah berita televisi hanya akan diperhatikan orang sekian detik, pun yang menyaksikan hanya segelintir orang, karena beritanya pasti berita yang tidak menarik. atau kalaupun aku masuk berita yang besar, aku bukanlah orang yang begitu penting hingga aku akan terus menerus ditayangkan, sekali lagi aku mungkin hanya akan muncul sekian detik, dari potongan wawancara, yang bahkan sudah dipotong oleh editor penayangnya, yang komentarnya menjadi seolah tidak penting. 
ya mungkin saat ini aku sedang merasakan bagaimana kalahnya diri ini atas diri sendiri, muncul rasa ketidak mampuan dalam diri untuk melakukan sesuatu, yang bahkan tidak mungkin hilang hanya dengan kata-kata hiburan atau penyemangat yang normatif. saya sedang tidak bisa menerima kritik, bahkan kata-kata hiburan atau penyemangat normatif sekalipun yang disampaikan dengan dilembut-lembutkan, seolah ingin menunjukkan kasih sayang dan perhatian picisan. yang saya butuhkan adalah sebuah kontemplasi diri sendiri dalam sebuah perjalanan, yang hanya akan ada dialog antara saya dan saya saja. sampai saya menemukan keyakinan. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar