Selasa, 29 Mei 2012

Men In Black 3 (Time Travel)




Men In Black merupakan film science fiction yang berceritakan mengenai  sebuah agen rahasia di Amerika yang menangani permasalahan hubungan antar galaksi dan alien yang ada di jagat raya. Institusi ini merupakan pengontrol dan pembuat regulasi mengenai hubungan antara galaksi, ya semacam badan imigrasi antar galaksi. Para agennya berpakaian setelahn hitam dan sangat menjaga identitasnya, bahkan keberadaan mereka dianggap tidak eksis, oleh karena itu disebut dengan men in black. Baru-baru ini dirilis sequel film men in black yang ketiga, film ketiga ini juga terdapat versi 3D nya, yang menyajikan sebuah pengalaman menonton film terasa lebih nyata. Sequel film ketiga ini masih dibintangi oleh aktor berbakat Will Smith yang berperan sebagai agen J, dan  aktor senior Tommy Lee Jones yang berperan sebagai agen K. Pada sequel film ketiga ini bercerita mengenai kaburnya seorang penjahat alien yang dijuluki Boris the animal (Boris si buas ) dari penjara yang terdapat di bulan. Boris the Animal merupakan alien yan berasal dari planet Blogodite, alien-alien yang berasal dari planet ini terkenal dengan sifatnya yang kejam dan sering menghancurkan planet-planet di berbagai galaksi. Boris  tertangkap 1969 oleh Agen K ketika berusaha ingin menguasai dan menghancurkan bumi, 40 tahun kemudian Boris berhasil kabur dari penjaranya, selain ingin melanjutkan misinya Boris juga ingin melakukan balas dendam kepada Agen K, karena telah menangkapnya dan menghilangkan satu lengan si Boris ketika mereka terlibat dalam perseteruan penangkapan.
Terdapat hal yang baru dalam kisah sequel Men in Black 3 ini dibandingkan sequel-sequel sebelumnya dalam Men in Black dan Men in Black 2 dari sisi tema cerita. Pada sequel-sequel sebelumnya kisahnya tidak jauh berbeda, yakni kisah mengenai seorang alien yang datang ke bumi mengejar sesuatu dan bertujuan untuk dapat menguasai baik suatu planet maupun jagat raya. Dalam sequel ketiga terdapat tema cerita yang sama pula, tentang seorang alien yang ingin mendapatkan sesuatu kemudian menggunakannya untuk menghancurkan planet Bumi. Hal yang baru adalah dalam film ketiganya ini dimasukkan tema cerita perjalanan waktu, yaitu ketika Boris the Animal menggunakan sebuah alat perjalanan waktu dan kembali ke tahun 1969 ketika dia berusaha menghancurkan Bumi dan berhadapan dengan agen K. Boris the Animal berencana untuk bekerja sama dengan Boris the Animal yang ada pada tahun itu untuk menjalankan misi utamanya dan untuk membunuh agen K. Rencanannya sempat berhasil karena sejarah pada masa kini berubah, dan ini dirasakan oleh rekan agen K pada masa sekarang, agen J. Pada masa sekarang agen K sudah meninggal 40 tahun lalu, padahal malam sebelumnya (sebelum sejarah berubah) agen J bercakap-cakap dengan agen K melalui telepon. Ketika keesokan harinya agen J ingin menemui agen K dirumahnya, ternyata rumah agen K ditinggali oleh keluarga asing yang tidak dikenalnya. Ketika agen J mencarinya di kantor MIB pun tidak ada yang kenal dengan agen K. Dari pimpinan baru MIB, agen O, akhirnya terungkap bahwa agen K sudah meninggal 40 tahun lalu, dan pada realitas yang sekarang tidak ada yang pernah bertemu dengan agen K selain kerabat-kerabat seangkatannya. Kematian agen K pada tahun 1969 membawa akibat yang cukup serius bagi Bumi 40 tahun kemudian. Boris the Animal pada tahun 1969 berhasil membunuh agen K dan berhasil mencegah agen K untuk memasang sebuah “perisai” pada atmosfir Bumi, bangsa Boglodite pun tidak punah serperti yang seharusnya. Hal ini membuat bangsa Boglodite akan menyerang Bumi, Bumi pun diambang kehancuran. Agen J satu-satunya orang yang dalam posisi mengerti “apa” yang sedang terjadi akhirnya ditugaskan untuk mencegah Boris the Animal untuk membunuh agen K pada tahun 1969 dan mencegah kehancuran Bumi. Agen J pun menggunakan alat perjalanan waktu yang sama yang digunakan Boris the Animal untuk kembali ke masa 40 tahun yang lalu. Film ini dipenuhi dengan aksi dan unjuk teknologi tingkat tinggi baik yang ada di masa sekarang atau masa di tahun 1969 dan tentunya dibumbui dengan tingkah-tingkah jenaka  Will Smith seperti film-film sebelumnya yang berhasil mengocok perut penonton.
Tema mengenai perjalanan waktu selalu menarik untuk diangkat ke dalam sebuah cerita film. Beberapa film sudah banyak yang mengangkat tema cerita seperti ini, sebut saja seperti, Time Machine, Sequel Back to the Future, Timeline bahkan sebuah anime Jepang era akhir tahun 70an (yang sampai sekarang masih disukai baik oleh penonton anak-anak maupun dewasa) yang cukup juga mengangkat tema cerita perjalanan waktu yaitu Doraemon. Meskipun cerita perjalanan waktu hanyalah sebuah kisah sains fiksi namun sampai sekarang masih banyak yang memperdebatkan mengenai konsep perjalanan waktu, baik orang awam, penikmat film, atau bahkan para ilmuwan fisika, karena tema perjalanan waktu ini muncul dari teori-teori fisika yang berkembang, seperti teori  relativitas dan loncatan kuantum (ya saya memang tidak terlalu paham dengan konsep-konsep tersebut). Ada salah satu konsep dalam perjalanan waktu yang manarik bagi saya yaitu konsep mengenai Time Paradox (Paradoks Waktu).
Time paradox merupakan fenomena yang terjadi akibat adanya perjalanan waktu. Ada banyak ide yang menjelaskan mengenai time paradox ini. Dalam film Back the Future Dr. Emmett Brown menjelaskan bahwa, apabila kita melakukan perjalanan ke masa lampau dan merubah seuatu maka dapat tercipta sejarah baru, namun eksistensi sejarah dan waktu kita pun masih ada, sehingga terciptalah sejarah pararel.
Besarnya perubahan yang terjadi tergantung dari besarnya pengaruh yang diberikan, contohnya apabila kita kembali ke masa lampau kemudian membunuh calon ayah kita maka eksistensi  kita dalam sejarah baru ini sesungguhnya tidak ada. Contoh lain ada dalam kisah terakhir (bukan cerita official) yang kabarnya dibuat oleh salah seorang penggemar anime Doraemon. Diceritakan  dalam kisah itu bahwa Doraemon mati karena kehabisan sumber energinya. Kematian Doraemon memicu Nobita untuk menjadi seorang ilmuwan, dan berusaha untuk mengetahui bagaimana caranya menghidupkan Doraemon kembali, karena seperti kita tahu Doraemon adalah robot yang berbentuk kucing yang berasal dari abad ke 22 yang dikirim oleh cucu Nobita, yang bertujuan untuk membantuk kakeknya agar tidak menjadi orang bodoh seperti realitas yang dihidupi oleh si cucu. Kemudian dalam beberapa dialog muncul konsep paradoks waktu yang dikemukakan oleh teman Nobita Dekisugi. Dia mempertanyakan mengenai kapan akan datangnya masa dimana Doraemon berasal, padahal di sisi lain Doraemon ada dalam realitas baru yang berbeda dari realitas darimana sebenarnya asal Doraemon.
Konsep paradoks waktu ini tampaknya tidak terlihat dalam film MIB 3, ada perubahan sejarah namun tidak menciptakan sejarah pararel. Hal ini disebabkan Agen J masih dapat mempertahankan realitas sebelumnya, dan bahkan pada sejarah realitas yang baru realitas lamanya masih dapat bertahan. Ini mungkin bukan sesuatu yang baru, tapi bagi saya ini adalah sesuatu yang baru, dan saya masih belum memperoleh penjelasan bagaimana hal itu bisa dilakukan, atau kemungkinan lain pemahaman saya yang sangat sedikit mengenai hal ini, dan saya yakin kemungkinan yang terakhirlah yang paling kuat. 

Rabu, 23 Mei 2012

Kontemplasi

Tidak ada yang spesial pada hari ini. Seperti biasa aku terbangun pada siang menjelang sore hari, dengan udara panas dan gerah. Kipas angin yang telah setia memberikan hembusan angin pun tidak kuasa untuk menyingkirkan hawa gerah yang berputar dalam rumah kontrakan ini. Kunyalakan pesawat televisi, kutatap tayangan yang muncul masih dengan malas-malas, tidak ada yang begitu menarik, hanya tayangan rutin yang membawakan tema yang sama. Aku pun kemudian beranjak menuju dapur, membuka lemari es, menuangkan air kedalam gelas, dan meneguk air dingin itu hingga tandas. Aku kembali ke tempat tidur dan menyaksikan tayangan televisi. 
Tidak ada yang menarik dalam kisahku ini, sudah hampir 2 bulan aku menjalani rutinitas yang tidak dinamis ini. ya walaupun sebulan sebelumnya, aktivitasku juga tidak jauh berbeda. satu-satunya perbedaan hanyalah, sebulan sebelumnya aku masih menyempatkan diri untuk keluar rumah, melakukan aktivitas di kampus, selebihnya tidak ada yang berbeda. sudah hampir satu bulan juga aku tidak melakukan kontak komunikasi dengan beberapa orang melalui pesawat telepon genggam. mungkin ini juga berkorelasi dengan kenyataan bahwa aku bukan orang yang mobile, jadi mobile phone memang tidak begitu ada fungsinya bagiku. Lingkaran kekerabatan/sosialita yang kumiliki tidak luas, aku bukanlah orang yang sibuk kesana-kemari sekedar saling sapa atau mengurusi urusan orang lain. aku hanyalah common people, orang biasa yang mungkin terlalu biasa. yang bahkan kalau aku masuk dalam sebuah berita televisi hanya akan diperhatikan orang sekian detik, pun yang menyaksikan hanya segelintir orang, karena beritanya pasti berita yang tidak menarik. atau kalaupun aku masuk berita yang besar, aku bukanlah orang yang begitu penting hingga aku akan terus menerus ditayangkan, sekali lagi aku mungkin hanya akan muncul sekian detik, dari potongan wawancara, yang bahkan sudah dipotong oleh editor penayangnya, yang komentarnya menjadi seolah tidak penting. 
ya mungkin saat ini aku sedang merasakan bagaimana kalahnya diri ini atas diri sendiri, muncul rasa ketidak mampuan dalam diri untuk melakukan sesuatu, yang bahkan tidak mungkin hilang hanya dengan kata-kata hiburan atau penyemangat yang normatif. saya sedang tidak bisa menerima kritik, bahkan kata-kata hiburan atau penyemangat normatif sekalipun yang disampaikan dengan dilembut-lembutkan, seolah ingin menunjukkan kasih sayang dan perhatian picisan. yang saya butuhkan adalah sebuah kontemplasi diri sendiri dalam sebuah perjalanan, yang hanya akan ada dialog antara saya dan saya saja. sampai saya menemukan keyakinan. 

Senin, 21 Mei 2012

Sejarah Tuhan

Beberapa waktu terakhir ini saya sedang membaca buku yang di tulis oleh Karen Armstrong yang judulnya dalam versi Indonesia adalah Sejarah Tuhan. Bukunya cukup tebal (hampir semua buku tulisan Armstrong yang saya temui cukup tebal). Saya sangat tertarik dengan cover bukunya ketika saya melihatnya untuk pertama kalinya. Latar belakangnya hitam, dan terdapat simbol-simbol agama samawi yang ada di dunia. yang terbersit dalam pikiran saya untuk pertama kalinya melihat judul buku itu adalah "bagaimana mungkin Tuhan punya perjalanan sejarah, Tuhan adalah sejarah itu sendiri". Kerena tertarik dengan cover bukunya (sebagian besar alasan kenapa saya membeli sebuah buku adalah karena saya tertarik dengan covernya, bahkan buku tulis sekalipun), saya pun membelinya, tentu saya juga penasaran dengan apa yang ditulis Armstrong dalam buku ini, karena saya tahu tulisan Armstrong bukanlah sebuah tulisan kosong belaka, setidaknya Armstrong telah melakukan riset mengenai apa yang ditulisnya, dan menurut pengalaman saya pada buku tulisan Armstrong yang saya baca sebelumnya - Perang Suci- Armstrong benar-benar menyajikan narasi yang menarik dan panjang tentunya, serta cukup detail. singkat cerita saya pun mulai membaca buku yang cukup tebal ini, dari apa yang saya tangkap pada pembacaan yang baru sampai bab 5, Armstrong ingin menjelaskan mengenai perjalanan "eksistensi" tuhan dalam kehidupan manusia, mulai dari masa pra-sejarah bagaimana manusia mulai menciptakan atau mengkonsepsikan sebuah kekuatan adikodrati di luar eksistensi dirinya, sesuatu kekuatan yang tak terjamah dan memberikan kehidupan dan kebinasaan, sampai munculnya tuhan dalam konsep yang lebih terlembagakan dalam bentuk agama. lebih khusus adalah agama samawi, Islam, Yahudi dan Kristen. seperti biasa Karen Armstrong menyajikan narasi yang cukup mendetail dan terkesan bertele-tele namun Armstrong menyajikan sebuah informasi yang cukup lengkap dengan sudut pandang yang mudah diterima, terutama ketika Armstrong menceritakan mengenai konsep-konsep yang berbau spritualitas dalam suatu agama. setidaknya dengan informasi yang diberikannya kita dapat memperoleh pemahaman baru dalam memandang agama yang kita anut. saya belum selesai membacanya, namun ternyata ada versi video yang mungkin dapat memberikan gambaran informasi mengenai apa yang ditulis Armstrong dalam bukunya ini, dan saya yakin melalui audio visual sebuah pesan akan labih mudah diterima (setidaknya ini berlaku untuk saya), baik, tidak usah panjang lebar lagi selamat menyaksikan. saran saya, bacalah bukunya juga.  

Jumat, 11 Mei 2012

Desa Beji, Banyumas


Sebagai orang asli Banyumas, saya masih memiliki pengetahuan yang sangat dagkal mengenai sejarah kampung halaman saya. yaa sedikit tahu lah mengenai kisah-kisah tutur yang berkembang di masyarakat mengenai asal muasal Banyumas, atau Purwokerto. Namun kali ini saya ingin berbagi cerita mengenai sebuah desa yang ada di Banyumas, Desa Beji. Saya tertarik dengan sekelumit kisah mengenai desa ini karena saya pernah tinggal di sana, untuk beberapa waktu, dan meniggalkan kesan tersendiri untuk saya. Memori yang tertinggal di benak saya pada desa itu adalah, aliran sungai/kali banjaran yang tak pernah kering, walau pada masa kemarau, airnya begitu jernih, mengaliri sawah-sawah penduduk dan kolam-kolam penangkaran gurami. sekelumit tentang desa beji, monggo :
Nama Desa Beji
Berdasarkan Etimologi, “Beji”mempunyai arti “Sumur/belik” atau “Sumber Air”, di desa Beji terdapat sebuah Sumber Air yang sangat besar/belik sumber itu berada di lembah dekat tepian sungai banjaran yang sejak jaman dahulu tidak dapat diketahui secara pasti baik nama, tahun maupun awal mulanya disekitar itulah penduduk bertempat tinggal, beberapa bukti peninggalan yang ada bahwa dahulu tempat tersebut adalah padukuhan yaitu dengan adanya tempat yang bernama Ampes, Depok, Padepokan, Jurangmangu, Cina Lumpuh, (di Beji Lor) Selajanji, Nini Sanding, Padurasa dan Timbanganten (di Beji Kidul). Dimana tempat tersebut ada beberapa peninggalan kuburan kuno sebagai bukti adanya penduduk dan mata air besar yang tak pernah kering sepanjang masa di daerah itulah dinamakan Beji. Padukuhan-padukuhan itulah meluas menjadi sebuah desa yang bernama desa Beji.
 Terbentuknya Desa Beji
Pada awalnya merupakan dua dusun tersebut memiliki pemerintahan sendiri-sendiri yakni Pemerintahan Desa Beji Lor dan Beji Kidul. Desa Beji yang terdiri dari dua Dusun yaitu :
a. Dusun 1 (Beji Lor) terdapat Grumbul Ampes (konon merupakan sebuah padukuhan), grumbul Depok adalah makam/Kuburan Mbah Atas Angin, grumbul Padepokan tempat kuburan gamelan menurut cerita jaman dahulu tempat dikuburkannya para korban kejadian tragis yang menimpa keluarga pengantin, pengatin serta dalang dan penabuh gamelan/niaga pagi hari setelah mengadakan pesta hajatan menaggap wayang saling menikam sehingga banyak korban sehingga para korban berikut gamelanya dikuburkan, grumbul Jurangmangu merupakan Curug dan sumur kuno, dan grumbul Cina Lumpuh adalah sebuah blok tanah sawah yang dahulu terdapat sebuah batu yang dipercayai dihuni oleh makhluk halus.
Para tokoh yang pernah menduduki jabatan Lurah Beji Lor pada waktu itu adalah; Surakrama, Karyadrana, Wiradrana dan Sadirana (Sumber sejarah tidak menyebut angka tahun menjabat).
b. Dusun 2 (Beji Kidul) terdapat grumbul Ninisanding merupakan padepokan dan sekarang merupakan blok tanah sawah, grumbul Timbanganten Konon adalah tempat pertimbangan orang–orang jaman dahulu, grumbul Padurasa sekarang adalah perempatan batas desa Beji, Bobosan, Purwosari dan Purwonegoro, grumbul Selajanji adalah berupa makan kuno yang didekatnya terdapat sumber air/belik yang konon merupakan tempat Mbah Seca Mulya, dan lokasi disekitar dinamakan panembahan. Selajanji mempunyai arti Sela = Batu, Janji = Perjanjian / ketentuan hal ini dikarenakan tempat ini sering digunakan oleh orang-orang untuk melakukan permohonan tertentu pada malam jum’at kliwon dan selasa kliwon dengan berendam pada mata air/belik yang kemudian mengangkat dua buah batu bulat yang ada di dalam makam /pesarean dengan terlebih dahulu disembah tujuh kali, berhasil atau tidaknya akan tergantung pada nasib orang tersebut.
Para tokoh yang pernah menduduki jabatan Lurah Beji Kidul saat itu adalah; Tirtadirana (Sumber sejarah tidak menyebut angka tahun menjabat).
Pada tahun 1910 diadakan penggabungan antara Desa Beji Lor dan Desa Beji Kidul menjadi satu Desa, Kepala desa pada waktu itu adalah Tirtadirana melalui pemilihan langsung.
Adapun Lurah-lurah selanjutnya adalah; Wiryadrana, Martadikrama (sumber sejarah tidak menyebut angka tahun) dan Wiryadimedja yang berhenti pada tahun 1952 dan digantikan oleh Sanoersim yang menjabat hingga tahun 1985
  1. Kebudayaan Masyarakat (Sosiokultura)
Masyarakat desa Beji mempunyai kepercayaan Tidak boleh Menanggap Hiburan Wayang kulit hal ini dipercayai sampai tahun 1960 hal ini disebabkan menurut cerita para sesepuh desa pada tahun (yang tidak dapat dipastikan). Menceritakan Terjadi perjodohan antara keluarga pengantin wanita dari Desa Beji dengan Pengantin Pria dari Desa Pandak yang pada saat itu keluarga pengantin wanita menghendaki perayaanya dengan hiburan wayang sedangkan dari piha pria tidak menghendakinya namum dari pihak pengantin wanita tetap memaksanya sehingga pada pagi hari setelah pertunjukan usai terjadilah keributan saling menikam antara keluarga yang punya hajat, pengantin pria dan wanita serta dalang dan penabuhnya/niaga sehingga menimbulkan banyak korban yang akhirnya para korban, wayang, dan gamelanya dikuburkan sekalian. Dari situlah tercetus perkataan dari korban yang selamat “mBesuk tembe anak putu aja pada nanggap wayang” yang artinya “besok kedepan anak-anak dan keturunanku janga sampai ada yang menanggap pertunjukan wayang kulit.” Maka sejak itu masyarakat tidak ada yang berani menanggap pertunjukan wayangkulit karena dianggap pantangan. Seiring dengan berpikirnya masyarakat, hal ini berlangsung sampai pada sekitar tahun 1960 seorang tokoh masyarakat (soerasno kepala sekolah) pada saat itu berani mementaskan pertunjukan wayang kulit di sebuah lumbung desa sampai selesai teryata tidak terjadi sesuatu yang membahayakan sehingga sampai sekarang wayang tidak lagi merupakan pertunjukan yang menjadi pantangan bahkan banyak warga serta seniman yang aktif pada perkumpulan seni karawitan dan wayang kulit.
Kepercayaan masyarakat di Desa Beji jaman dahulu masih berkiblat pada suku tengger karena menurut cerita asal muasal orang Beji adalah dari suku tenger sehingga ada banyak kepercayaan yang dilaksanakan serupa dengan kebudayaan di suku tenger seperti mengadakan ritual sedekah bumi dengan menyebelih sapi/kerbau kepalanya dikuburkan diperempatan/(tengah padukuhan) sebagai tumbal, menyediakan sesaji ketika akan memulai memanen hasil pertanian, menyediakan sesaji di tempat-tempat tertentu pada saat mengadakan khajatan. Namun seiring dengan perkembangan jaman dan bertambahnya pengetahuan maka sedikit demi sedikit kebiasaan seperti hilang masyarakat sudah mengenal kesenian baik yang dipengaruhi oleh budaya islam seperti Genjring dan rebana atau hal-hal yang mengandung unsur magis seperti ebeg (Kuda lumping) dan sebagainya.
Mayoritas penduduk beragama Islam, sebagian kecil beragama Kristen dan kepercayaan (kejawen).
Masyarakat Desa Beji mulai mengenal budidaya ikan gurameh terinpirasi dari air yang melimpah dan tak pernah kering sepanjang tahun dan ikan gurameh adalh jenis ikan yang paling cocok dengan kondisi alam desa beji, maka hingga sekarang sebagian besar masyarakat hidup dari lahan pertanian dan perikanan. Sebelum masyarakat mengenal Pupuk Kimia masyarakat desa beji banyak memanfaatkan pupuk kandang untuk menyuburkan tanah termasuk untuk kolam, hal itu dilakukan secara turun temurun, namun dengan kemajuan teknologi dan perkembangan jaman masyarakat mulai mengenal pupuk kimia terutama untuk pertanian
Banyaknya pembudidaya ikan di desa beji terutama jenis ikan gurameh menjadikan banyak petani yang berusaha untuk menjual hasil produknya ke luar willayah desa bahkan sampai keluar propinsi, menjadikan Beji terkenal sebagai sentra Gurameh. Pada tahun 1970 – 1990 bahkan banyak didatangi para petani dan pedagang dari luar desa beji untuk mendapatkan benih ikan terutama ikan gurameh, maka Desa Beji Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Banyumas Propinsi Jawa Tengah terkenal sebagai sentra ikan gurameh sampai saat ini dan untuk mendukung program program Minapolitan Desa Beji Mendapat julukan Kampung Mina/Kampung Ikan dengan Maskot Patung Gurameh yang berada di pertigaan 
Sumber :
http://beji.or.id/2012/03/19/sejarah-desa/

Jalinan Kasih


Baik, sekarang saatnya saya untuk meracaukan sesuatu hal yang mungkin bisa dikatakan tidak terlalu penting tetapi kadangkala racauan ini patut untuk direnungkan untuk diri sendiri ;P
Sudah sekian lama saya memikirkan hal ini, sampai-sampai saya menulis beberapa tulisan ngalor-ngidul ga jelas yang membahas tentang ini. pertama yaitu, apa sebenarnya perasaan cinta itu. hingga saat ini saya belum dapat mengerti dan merasakan what is true love mean, oke mungkin dalam hubungan antara manusia yang saling mengenal I mean family relationship cinta mungkin suatu perwujudan rasa kasih dan sayang yang menghasilkan suatu energi positif bagi diri dan orang yang kita sayangi, it's such an explicit things I guest. tapi yang jadi pertanyaan saya adalah perasaan cinta yang dialami oleh dua insan manusia yang berlainan jenis dan memiliki latar belakang keluarga yang berbeda. sampai detik ini saya belum dapat memastikan apa yang sebenanya saya rasakan terkait dengan masalah ini. My first wishes are, to find what is true love mean ? and I belieave it'll come straightly and I'll know it when it comes. 
pertanyaan kedua adalah seberapa besarkah kemampuan manusia untuk mewujudkan keinginannya, hanya dengan mendaya gunakan semua kekuatan pikiran positifnya. dalam sanubari terdalam saya percaya bahwa selama kebaikan melingkupi diri maka segala pemikiran yang tak mungkin sekalipun dapat terwujud. Insha ALLAH. so keep think positive whathever it takes, just dream and ask then it'll be given. It's my second wishes any way ;)
pertanyaan ketiga adalah, seberapa besarkah lengan Tuhan jika Dia ingin memeluk hambanya ? disetiap perjalanan insan manusia pasti ada saat-saat dimana dia merasakan dingin dan kehampaan dalam dirinya. mungkin dia bisa saja mengisi kehampaan itu dengan berbagai cara yang dia temukan di dunia, tapi ketika dia sendiri kekosongan dan dingin itu selalu kembali dan merasuk dalam jiwa dan raga. dan sesungguhnya manusia tidak pernah sendiri karena Tuhan selalu ada dan rela menghabiskan waktu bersama dengan kita. saya percaya akan hal ini, kapanpun kita membutuhkannya, Tuhan selalu membuka lengannya untuk merengkuh diri kita, mengisi kekosongan dan memberi kehangatan dalam setiap langkah dalam hidup ini. permohonan saya yang ketiga adalah, bisa berada dalam pelukan Tuhan diamanapun berada dan kapanpun saya ada, because God never sleep . . . 
penuhi hidup ini dengan Berkah dan kasih Allah, tak satupun di dunia ini yang luput dari perhatiannya. bagikan semua kebahagian di dunia ini, dengan selalu memberikan kasih dan sayang pada setiap makhluk-Nya. 

Putih & Hitam


Ada banyak kebaikan dalam kehidupan manusia. Tawa, senyum, dan guratan kecerahan yang muncul dari setiap wajah manusia menggambarkan betapa kebahagian dan kebaikan begitu indah, muncul dari sanubari terdalam hati manusia. Sensasi perasaan yang muncul ketika manusia merasakan kebahagian, sungguh telah dapat membentuk sebuah energi positif yang dapat mendorong terciptanya berbagai hal yang terlihat tidak mungkin. Negara Indonesia, misalnya, dapat meraih kemerdekaan di tengah situasi yang krisis, hal ini dapat terjadi karena para pendiri bangsa sangat mendambakan sebuah kebebasan, yang mana kebebasan ini, dikejar karena setiap manusia Indonesia menginginkan sebuah kebahagiaan. Begitu meriah dan gegap gempita, ketika rakyat tahu bahwa bangsanya telah merdeka. Sekelumit kisah tersebut menggambarkan bagaimana sebuah kebahagian sungguh dapat menghasilkan energi yang besar. Namun di sisi yang lain, di dunia ini ada juga “makhluk” yang disebut dengan kesedihan. “makhluk” ini merupakan lawan dari kebahagiaan. Pertanyaannya adalah, mengapa Tuhan menciptakan kesedihan atau kemalangan apabila manusia diperintahkan mengerjakan kebajikan untuk mendapatkan kebahagiaan. Jawaban yang sering kali muncul adalah, apabila tidak ada kesedihan maka kita tidak akan pernah merasakan seperti apa yang namanya kebahagiaan. Baik, jawaban ini memang paling masuk akal, dan memang begitulah adanya. Tapi permasalahannha kini adalah, mengapa, manusia lebih memiliki kecenderungan untuk memfokuskan dirinya dengan kemalangan yang mungkin terjadi. Dalih yang sering terlontar untuk menjawab pertanyaan itu adalah, kita harus siap apabila hal paling buruk terjadi. Oke, ini pun jawaban yang masuk akal, karena kita harus selalu bersikap waspada dan hati-hati. Tetapi, yang terjadi adalah, manusia, terlalu berfokus pada kemalangan yang mungkin terjadi daripada kesenangan atau kebahagiaan yang dikejarnya. Manusia terlalu banyak pertimbangan ketikan akan melakukan sesuatu, dan pertimbangan yang selalu dilontarkan adalah hal-hal yang tidak menyenangkan, seperti, “aku ingin, jalan-jalan ke Paris, ah tapi mana mungkin, aku tidak punya cukup uang, atau kalaupun aku punya dana, bagaimana nanti dengan pekerjaan yang kutinggalkan.” itu hanyalah sekedar contoh, masih banyak hal-hal lain dalam keseharian kita yang serupa dengan itu. Sekarang mengapa kita tidak memfokuakan saja apa yang menjadi keinginan kita dan dapat membuat hati kita bahagia. Bukan berarti kita hanya memikirkan kebahagiaan maka kita melupaka kemalangan yang mungkin terjadi. Sebenarnya dengan kita berfokus pada apa yang kita inginkan, kita tidak perlu lagi memikirkan kemalangan yang mungkin terjadi, karena dengan kita memfokuskan pikiran kita kepada apa yang kita inginkan kita sudah siap dan berkomitmen menerima resiko apapun yang mungkin terjadi. Kesedihan atau kemalangan, tidak dipungkiri memang benar adanya, tetapi kita harus ingat, bahwa kesedihan dan kemalangan ada justru untuk membuat kita merasakan kesenangan dan kebahagiaan bukan sebaliknya. Jadi jangan pernah ragu melakukan, apa yang hati kita inginkan. Melangkahlah dengan keyakinan dan kemantapan untuk meraihnya. Lepaskan segala beban(kemalangan & kesedihan) dalam pikiran kita, maka kebahagiaan yang kita fokuskan pun pasti akan kita raih. 

Pasrah



Terlahir menjadi seorang yang memiliki sifat dasar Pasrah atau dalam bahasa Jawa nrimo menimbulkan berbagai macam pro dan kontra. Sebagian banyak orang pasti akan beranggapan sikap pasrah atau nrimo hanya dimiliki oleh orang-orang yang lemah, karena mereka terlalu takut atau tidak memiliki daya upaya untuk mengadakan perlawanan, bahkan untuk memperjuangkan dan mempertahankan hidupnya sendiri. namun selain sikap skeptikal seperti itu, masih banyak juga orang yang beranggapan bahwa sikap pasrah atau nrimo ini merupakan perwujudan dari sikap berserah yang dalam titik tertentu justru membangkitkan kekuatan yang begitu besar untuk menggeser gunung sekalipun—oke agak berlebihan memang—tapi begitulah setidaknya gambaran dari sikap berpasrah bagi sebagian orang.
Saya termasuk orang yang menganut mahzab yang kedua. Mungkin apabila dilihat dengan nalar logika pemikiran bahwa sikap pasrah itu justru menghasilkan kekuatan besar adalah suatu kemustahilan. Namun saya percaya bahwa ada kemampuan lain dalam diri manusia yang jarang sekali disentuh oleh kebanyakan orang, yaitu kemampuan untuk merasa dan menyadar. Manusia sudah terlalu lama terjebak dalam ruang objiektivitas, dimana sesungguhnya ruang itu berada diluar diri. Hal ini menyebabkan manusia selalu memposisikan diri diluar objek yang dilihatnya bahkan ketika manusia melihat dirinya sendiri. dalam melihat dirinya sendiri seolah dia sedang melihat suatu benda aneh yang berada jauh dan tak pernah dilihatnya. Inilah yang menyebabkan manusia kehilangan kemampuan merasa dan menyadarnya.
Lantas apa hubungannya dengan pasrah. Pasrah adalah kondisi dimana seluruh diri ini sadar dan dapat merasakan bahwa ada kekuatan besar yang dapat menuntun setiap langkah kita dalam menggapai tujuan. Pasrah adalah kondisi dimana diri kita dengan sengaja membiarkan segala sesuatunya berjalan dengan sendirinya. Tidak ada perlawanan dalam diri itu, untuk menghambat mengalirnya energi dalam setiap relung tubuh dan alam semesta. Dalam memaknai pasrah itu sendiri, bukanlah berarti tak berbuat apapun, tapi lebih pada melepaskan beban dari harus mencapai tujuan. Ini hanya dapat dirasakan dengan rasa dan dalam keadaan sadar. Pasrah adalah sebuah bentuk penerimaan dan kesiapan diri untuk memperoleh apa yang memang pantas untuk diri.

Celotehan pemikiran (sambungan Symbols)


Dalam tulisan sebelumnya yang berjudul Symbols, saya mengemukakan masalah pengertian Cinta, dan simbol-simbol dalam masyarakat manapun yang seolah menjadi batasan-batasan manusia untuk bertindak. 
yang saya kemukakan mengenai Cinta adalah suatu perasaan yang universal dimana setiap makhluk Tuhan pasti dapat merasakannya, dan setiap makhluk Tuhan pun memiliki definisi yang berbeda.
Kali ini saya ingin membahas mengenai bentuk hubungan yang dijalani oleh manusia. kita semua tahu bahwa setiap manusia di dunia ini pasti menjalin hubungan dengan manusia lain bahkan makhluk Tuhan yang lain. sudah banyak teori yang menjelaskan alasan mengapa manusia pasti berhubungan dengan manusia lain. ada yang mengatakan untuk pemenuhan kebutuhan, ada pula yang mengatakan untuk kepentingan regenerasi manusia itu sendiri dsb. bahkan Tuhan pun sudah menuliskannya dalam Kitab Suci Al-Quran : 
Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kalian dari laki-laki dan perempuan, dan Kami menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kalian adalah orang yang paling bertaqwa di sisi Allah. “[al-Hujurat:13].
dari petikan Surat tersebut menjelaskan bahwa manusia memang sudah ditakdirkan untuk saling berhubungan, dan masih banyak ayat-ayat Al-Quran yang menjelaskan hal serupa, tapi saya tidak akan membahas permasalahan ayat-ayat itu. yang ingin saya bahas disini adalah mengenai kebutuhan manusia akan sesuatu yang lain yang dapat membantunya mengaktualisasikan dirinya di dunia ini. 
dalam kehidupannya manusia selalu memiliki kemampuan untuk berpikir dan mendefinisikan dirinya sendiri bahkan apa yang ada diluar dirinya. hal itu dilakukan di dalam benak dan pikiran manusia itu sebagai seorang individu. sampai disini manusia memiliki kemerdekaan atas dirinya sendiri (terlepas dari apakah pemikirannya terpengaruh oleh apa yang ada di luarnya), di sini manusia bebas menghasilkan pikiran seperti apapun. 
terkait dengan masalah ini, kemudian manusia mengungkapkan pikirannya ke "dunia" melalui tidakan-tindakan dan sikapnya, mulai dari sini semua pemikirannya teraktualisasikan dan dibenturkan dengan berbagai bentuk simbol, dapat berupa nila, aturan, norma dsb. yang mulai membatasi diri manusia. baik sampai disini kesimpulan sementaranya adalah bahwa manusia bertindak dan bersikap dicoba untuk tidak melampaui batas. 
kembali pada permasalahan Cinta. Cinta adalah hasrat atau pemikiran yang universal, yang seharusnya tidak dibatasi oleh simbol-simbol produksi masyarakat. ketika seseorang ingin memnuhi hasrat mencintai atau dicintai oleh sesama manusia, lebih khusus yang berlawan jenis, seharusnya masing-masing orang tersebut memiliki kebebasan untuk saling mengaktualisasikan pemikiran dan hasratnya pada orang yang dicintainya sebagai pasangan hidupnya. 
pernikahan merupakan salah satu institusi hubungan manusia, yang pada kenyataannya merupakan perwujudan simbol dari hubungan manusia, yang memiliki serangkaian aturan-aturan dan nilai di dalamnya. berbagai aturan-aturan dan nilai ini juga yang menciptakan semacam syarat-syarat seseorang akan menjalani pernikahan, yang kemudian orang tersebut dikatakan pantas dan siap untuk menikah. jadi sekali lagi manusia seolah-olah dibatasi hanya untuk sekedar mengaktualisasikan hasrat atau pemikirannya untuk menjalin hubungan dengan lawan jenisnya. 
aturan dan batasan ini untuk kebaikan tentunya, yang katanya agar manusia tidak melampaui batas. tapi tidakkah kita boleh untuk mendapatkan ruang gerak yang lebih longgar dengan tidak selalu membenturkan tindakan dan sikap kita dengan berbagai smbol dan nilai . . . biarlah langkah ini berjalan tanpa harus ragu untuk melakukan apa, biarlah benak ini terus berputar dan menemukan kebenaran dengan jalan yang telah dipilihnya . . .
bukan bermaksud untuk tidak menerima aturan dan nilai yang ada tetapi berusaha untuk menelaah kembali apakah semua yang terkonstruksi sekarang ini memang sudah pantas . . .

Symbols

Kebanyakan orang memiliki pendapat yang sama mengenai kata dan perasaan Cinta, setidaknya setiap orang memiliki pemaknaan yang sama akan apa arti Cinta. Ini merupakan bentuk ekspresi emosi manusia yang paling universal, dan telah banyak memberikan energi positif. Pemaknaan dari Cinta itu sendiri selalu unidentified, itulah yang menyebabkan pemaknaan Cinta tidak terbatas oleh simbol-simbol tertentu. Cinta selalu dapat melampaui batasan-batasan simbolisasi kehidupan. Saya hidup dalam lingkungan sosial yg selalu membatasi ruang-ruang kehidupan dengan berbagai simbol. Aturan-aturan tradisi adalah salah satunya, dan yang paling berpengaruh. Keterlepasan simbol-simbol itu terasa begitu sulit. to be continued . . . .

Budaya pe"RanendahDiri"


Dalam menjalin hubungan dengan orang lain dan masyarakat selalu akan ada pola interaksi yang terbentuk. pola ini merupakan hasil dari kebiasaan dan repetisi aksi yang dilakukan seseorang atau masyarakat. ada berbagai pola interaksi yang terbangun dalam setiap masyarakat. karakteristik setiap pola ini pun akan berbeda menyesuaikan konteks kehidupan masyarakatnya. berbicara mengenai pola interaksi yang terjadi dalam masyarakat, menarik untuk diperhatikan pola interaksi pergaulan yang ada di sekitar kita (terutama masyarakat di sekitar Saya). bahwa ada yang di(Saya)sebut sebagai budaya pe"rendahdiri"an. budaya ini sering terlihat saat seseorang berinteraksi dengan orang lain atau bahkan di dalam keluarganya sendiri. budaya pe"rendahdiri"an adalah saat dimana seseorang selalu diposisikan atau dianggap rendah dari realita atau harapan yang sebnenarnya. mungkin ada teori psikologis atau sosiologis yang lebih komprehensif membahas mengenai masalah ini, namun yang Saya ungkapkan disini hanyalah berdasarkan dari pengalaman yang Saya lihat dan rasakan, tanpa merujuk pada suatu teori tertentu, dan tidak memiliki tendensi untuk melakukan upaya plagiarisme, jika memang sudah ada yang pernah membahas ini secara akademis. 
baik, kembali ke masalah budaya pe"rendahdiri"an tadi. motif yang mendasari adanya budaya ini bisa berbagai macam, beberapa kemungkinan yang dapat Saya kemukakan adalah. pertama, ini hanyalah sebuah bentuk candaan dalam proses berinteraksi, yang mana tujuan dari candaan ini hanyalah sebatas ingin membangun suasana yang tidak kaku. kedua, budaya ini dilakukan karena bertujuan untuk meningkatkan motivasi seseorang untuk melakukan hal yang lebih baik. ketiga, budaya ini merupakan suatu bentuk rasa ketidak percayaan seseorang atau masyarakat terhadap kemampuan seseorang atau bisa juga orang yang melakukan tindakan pe"rendahdiri"an ini ingin menyampaikan realitas sesungguhnya atas keadaan yang dihadapi oleh orang lain.  beberapa kemungkinan ini sama-sama memiliki tingkat ke"serius"an yang rendah, dalam arti pada dasarnya budaya pe"rendahdiri"an ini diungkapkan hanya sambil lalu saja, tanpa ada tanggapan yang serius. beberapa contoh sikap masyarakat atau seseorang yang melakukan budaya pe"rendahdiri"an sebagai berikut
A: Lagi ngapain lu ?
B: Lagi Belajar buat ujian besok
A: Hahahahaha . . Apa, belajar, ngapaaain, mau belajar kaya apa juga tetep aja lu bakal ngulang
B: he hehe . . (terkekeh miris, antara ingin membenarkan perkataan si A atau tetap percaya pada pendiriannya) << contoh ini memang agak sedikit berlebihan, tapi tak jarang orang yang pernah mengalaminya, dan tak jarang pula orang yang menanggapi serius interaksi yang terjadi tadi. lingkungan yang seperti ini, walaupun mungkin maksud manusia jenis si A hanyalah bercanda, namun telah membawa suatu aura atau dampak yang negatif. contoh kejadian lain tapi serupa yang terjadi di lingkungan keluarga,
pada suatu malam di ruang makan berkumpullah semua anggota keluarga yang sedang makan malam, ada ayah, Ibu, kakak dan adik, suatu perbincangan pun terjadi :
Ibu : mami denger dari toni tadi di sekolah kamu terpilih jadi ketua osis ya dek ?
sebelum sempat menjawab, sang kakak pun langsung menyambar 
Kakak : HAAAAAAAAAAAAAh APAAAAAA HAHAHAHAHA . . anak tengil, item, ingusan, yang bisanya ngegrocokin urusan orang gede aja ini jadi ketua osis, ga mungkiiin . . mau jadi apa tuh osis kalo kamu jadi ketuanya HAHAHAHAHA (tertawa puas yang melecehkan)
Adik : . . . -___-
oke, sekali lagi contoh di atas terlau berlebihan. tapi sekali lagi banyak orang yang mengalami kejadian yang serupa. situasi-situasi yang terjadi seperti contoh tersebut, baik disadari atau tidak telah mengakar pada masyarakat kita dan bisa dikatakan telah membudaya. memang mungkin situasi ini hanya banyak terjadi di lingkungan pergaulan diluar keluarga terutama pertemanan. seperti yang sudah Saya kemukakan, budaya ini secara periodikal dapat berdampak negatif, karena budaya ini sangat sarat dengan sikap pesimistik.
disadari atau tidak apabila situasi seperti contoh di atas berlangsung cukup panjang dalam kehidupan seseorang, maka tidak menutup kemungkinan, bahkan besar kemungkinan orang tersebut, akan selalu memandang dirinya bahkan kehidupan itu selalu sulit dan membutuhkan suatu perjuangan yang sangat keras untuk memperoleh harapan tertentu dan celakanya pandangan akan sesuatu yang selalu di lihat sulit, membuat orang tersebut menjadi terbebani dalam menjalani segala sesuatunya. jarang sekali orang yang merasa selalu senag dan ringan dalam melakukan sesuatu. dan ketika dia gagal melakukannya, maka banyak pembenaran dalam pandangan dan pikirannya akan kegagalannya itu, yang merupakan akumulasi dari berbagai bentuk pe"rendahdiri"an yang diterimannya sejak lama. hal inilah salah satu yang menyebabkan manusia ketika berada pada situasi kegagalan, dirinya merasa amat sangat terpuruk. 
mungkin ada sebagian orang yang akan mengatakan, kalau tidak dibegitukan, nanti dia akan menjadi sombong dan tamak, lupa bahwa kemampuannya merupakan pemberian dari yang maha Kuasa. << sekali lagi ini sudah menjadi sebuah prasangka (yang artinya belum tentu benar) buruk, dan menunjukkan sikap pesimistik. 
maka labih baik kita membangun budaya yang positif untuk menghasilkan suatu hasil yang positif baik bagi diri kita, orang lain dan lingkungan. berfokuslah pada apa yang baik, bukan sebaliknya. dan apabila yang terjadi yang sebaliknya, maka hadapilah dengan sikap yang sebaliknya. So Be Positive ever after :D
-Vicianto Kurnia Putra-

Kamis, 10 Mei 2012

Journey


Pada setiap perjalanan pasti akan mengarah kepada sebuah tujuan. Seperti halnya vektor dalam fisika, sebuah gerak pasti akan bergerak kepada sebuah arah. Namun arah atau tujuan itu tidak selalu sudah ditentukan. Bisa saja sesuatu bergerak karena adanya perbedaan tekanan, seperti angin, yang merupakan udara yang bergerak akibat adanya perbedaan tekanan dari dua tempat yang berbeda. Angin selalu bergerak dari tempat yang bertekanan udara tinggi ke tempat yang bertekanan udara rendah. Namun bagaimanapun perjalanan itu, selalu akan sampai pada sebuah akhir, ketika tidak perlu ada perjalanan lagi. Perjalanan selalu berbatas, dan batas itu adalah waktu. Waktu selalu menjadi batas ukur, ketika setiap orang mengatakan kata "sampai" terkandung dalam konsep kata itu mengenai batas waktu. Apabila kita berada pada sebuah ruang yang tidak memiliki batas waktu maka sudah tidak ada lagi perjalanan, karena kita sudah tak lagi bergerak. 
Pada setiap perjalanan selalu akan ada banyak hal yang ditemui dan dihadapi, karena kita tidak berjalan dalam ruang yang kosong. Kehidupan ini bukan ruang hampa, kehidupan ini adalah isi. Andaikan kita sedang melakukan perjalanan mendaki gunung, kita akan melewati hutan, kita akan melewati sungai, kita akan melewati tebing. Saat berjalan itu mungkin sungai merupakan masalah bagi kita, tapi kita hanya melewatinya, dan kita pasti akan lewat, dan terus berjalan, masuk ke hutan, di dalam hutan kita bertemu pokok pohon yang tumbang, mungkin memperlambat jalan kita, tapi kita melewatinya, dan kita pasti lewat dan terus berjalan. Perumpamaan lain, andaikan kita berjalan dari rumah menuju warteg. Dalam perjalanan kita bertemu anjing galak, kita dikejarnya sehinnga harus melewati jalan yang memutar, kita melewatinya, dan kita pasti lewat dan terus berjalan. setelah kita hampir sampai di warteg, tiba-tiba kita sadar dompet kita ketinggalan di rumah, kita harus kembali lagi, kita melewatinya, dan pasti kita lewat dan terus berjalan. Seberat apapun sesuatu yang ada di hadapan kita saat ditengah perjalanan, tidak akan menghentikan langkah kita untuk terus berjalan. Karena semua itu hanya akan kita lewati, sebagian akan meniggalkan kesan pada diri kita, sebagian lain ya hanya lewat. Kenapa harus risau, kalau semua itu hanya akan kita lewati. Kehidupan bukan sesuatu yang ada dalam pertengahan perjalanan itu, Kehidupan adalah keseluruhan perjalanan dengan sesuatu-sesuatu yang ada di dalamnya. untuk apa terlalu berfokus dan terbebani dengan sesuatu itu, apabila kita memiliki semuanya. yang kita lakukan hanyalah melewatinya, dan kita pasti lewat dan terus berjalan. 

Selasa, 08 Mei 2012

Hujan


Saat ini sedang hujan, suara rintiknya begitu renyah terdengar. Membawa pikiran ini melayang jauh, melintasi ruang dan waktu (ha ha ha . . klise sekali bahasanya), ini lah yang kerap terjadi apabila aku mendengar suara rintikan hujan. pertama yang kubayangkan adalah satu tetes air yang menggantung di angkasa terhenti oleh waktu. bentuknya sungguh menawan, mengerucut di pucuknya dan menggelembung di bawah, (semua orang pasti bisa membayangkan sebuah tetesan air, bukan) dan memantulkan kilauan cahaya apabila terkena paparan sinar. Bayangan kedua yang muncul adalah bahwa, tetesan itu tidak hanya satu, tapi riatusan, ribuan, jutaan, bahkan miliaran. Jatuh ke bumi dan membasahi setiap jengkal tanah yang ada di atas permukaannya, menyapa setiap makhluk yang ditemuinya dengan kesejukaannya.

Suara hujan selalu membawa seseorang ke dunia yang sunyi, yang hanya ada dia dan pikirannya (setidaknya bagi orang yang benar-benar mendengarkannya). waktu bisa terasa terhenti, bahkan bisa saja maju dan mundur, membawa seseorang kepada masa lalu dan impiannya. Bagi saya, hujan membawa kesyahduan dunia, dengan keanggunannya sekaligus keperkasaannya. Setiap percikannya yang terjatuh membawa kesejukan dan kehidupan. Setiap kilauan yang membersit merupakan kesucian dan kemurnian. 

Tiadalah saat yang menginspirasi kecuali di saat hujan turun, diiringi oleh malaikat yang turut serta membawa keberkahan ke dunia. Merupakan kuasa Tuhan untuk menciptakan kala tersebut. Hiruk pikuk dunia seakan terangkat, tergantikan oleh pesona kala itu. Biarlah Hujan membersihkan kepenatan dan kegalauan. 


Perjalanan menuju Puncak Gede

Perjalanan ini saya lakukan pada tanggal 11 November 2011, bertepatan dengan tanggal ulang tahun almarhum ayah saya, tapi sebetulnya ini hanya kebetulan saja, karena memang perjalanan ini awalnya tidak direncanakan. saya hanya menerima ajakan dari kawan saya, yang kebetulan juga mendapat ajakan dari kawannya. Terlalu banyak kebetulan, bagi sebagian orang mengatakan bahwa apabila terjadi kebetulan secara berturut-turut maka itu merupakan sebuah pertanda, entahlah. Ini merupakan acara pendakian sekaligus syukuran yang diadakan oleh  seorang pendaki senior salah satu founder Mapala UI, yang usianya seangkatan dengan Soe Hok Gie, saya tidak tahu nama asli beliau tetapi beliau akrab dipanggil Babe Utun. Beliau mengadakan acara  ini untuk memperingati hari pertamanya mendaki Gunung Gede Pengrango, yang menurut pengakuannya, Beliau dan kawan-kawannyalah ketika itu menjadi orang pertama yang membuka jalur pendakian Gunung Gede Pangrango. 


Suasana acara syukuran di basecamp Cibodas, dapat terlihat Babe Utun sedang memberikan sambutan di hadapan para kawan-kawan pendaki.
Suasana pemotongan tumpeng yang dilakukan oleh Babe Don kawan seperjuangan babe Utun, dalam foto juga terlihat sosok Idhat Sidharama Lubis pendiri Indonesian Green Ranger, beliau juga merupakan kakak kandung Idhan Dhanvantari Lubis, seorang pendaki legendaris yang meninggal di puncak Mahameru tahun 1969, bersama kawannya Soe Hok Gie. 


Di atas adalah foto yang diambil sebelum kami melakukan pendakian, lokasinya masih berada di basecamp Cibodas, pukul 15.30. dari kiri ke kanan : Ania Safitri, Maulana Ghazali, Masdan W. Masyhari, Babe Utun, Vicianto K. Putra (saya sendiri) dan Rezcky Ramadhan. Sebagai informasi, usia Babe Utun ketika melakukan pendakian ini adalan 69 tahun, dan saya menyaksikan sendiri selama pendakian, stamina beliau masih sangat prima, bahkan setiap ada kesempatan istirahat beliau masih sempat menghisap sebatang rokok kretek. 


Kami pun memulai perjalanan kami. Saat kami memulai perjalanan suasana sore itu mendung, awan hitam pun sudah terlihat menggelayut di atas perbukitan, namun cuaca itu tidak menciutkan niat kami untuk tetap meneruskan perjalanan. Setidaknya kami tidak harus berjalan di bawah terik matahari. sebelum benar-benar melakukan pendakian, kami melakukan pengecekan peralatan terakhir dan mengurus kelengkapan adminstratif  di checkpoint . di bawah merupakan gambar ketika kami sampai di jembatan beton. pintu masuk dari awal perjalanan pendakian kami. kami berencana untuk mendirikan tenda dan berkemah di pos Kandang Badak, untuk kemudian paginya kami melakukan perjalanan menuju puncuk Gede. 

Selama perjalanan saya menikmati udara yang begitu sejuk dan bersih di tengah hutan, yang akan jarang sekali dapat dirasakan apabila kita berada di tengah kota seperti Jakarta. Ini merupakan sebuah perjalanan penyegaran kembali, baik untuk tubuh maupun untuk pikiran, karena memang Saya dapat merasakan ketenangan yang diberikan oleh kesunyian hutan dan suara-suara makhluk-makhluk yang ada di dalamnya. Bahkan saya sangat beruntung ketika itu dapat melihat seekor Lutung Jawa, yang sedang bergelayutan di pohon namun sayang saya tidak mengambil gambarnya. ini merupakan pengalaman yang jarang dapat kita temui, melihat seekor hewan liar hidup di habitat yang seharusnya, bukan di dalam kandang kebun binatang, saya dapat merasakan sebuah kebebasan. Setelah kurang lebih kami berjalan menyusuri hutan, kami pun beristirahat, sekedar menenggak air dan memakan makanan kecil, dan Babe Utun tentu saja menghisap sebatang rokok. 


Setelah beristirahat salama kurang lebih 10 menit kami melanjutkan perjalanan kembali. Perjalanan tidak terasa membosankan, karena Babe Utun senang sekali bercerita, beliau banyak bercerita mengenai pengalamannya melakukan pendakian di berbagai tempat. Beliau bercerita pengalama beliau mendaki gunung  Tambora, salah satu gunung berapi yang masih aktif yang berlokasi di Pulau Sumbawa. Tidak sekali saja beliau mengunjungi tempat itu, beliau adalah seorang jurnalis senior, jadi sering beliau kesana karena tuntutan pekerjaan. Tempat yang juga sering dikunjungi beliau adalah kampung adat Badui, saking seringnya ke tempat itu, bahkan beliau sudah dianggap sebagai bagian dari masyarakat. Beliau banyak bercerita mengenai budaya masyarakat Badui dan terutama kemampuan masyarakat Badui dalam mengenali dan memanfaatkan tumbuh-tumbuhan hutan yang dapat dikonsumsi serta dijadikan obat. Menurut Babe Utun, Beliau banyak belajar ilmu tumbuh-tumbuhan dari masyarakat Badui, yang dapat digunakannya juga sebagai bekal bertahan hidup di tengah hutan. Kearifan masyarakat tradisional memang lebih beradab, mereka tidak akan melakukan eksplorasi alam yang berlebihan karena mereka sadar mereka membutuhkan alam untuk hidup. Jadi yang mereka lakukan adalah bersahabat dengan alam, mereka berbuat baik kepada alam, maka alam pun akan memberikan kebaikan. 

Tepat ketika matahari terbenam dan hari menjadi semakin gelap kami sampai di lokasi air panas. Di lokasi tersebut kami berpapasan dengan seseorang dari arah yang berlawanan. Dia hanya sendiri, salah satu etika ketika berpapasan ketika melakukan pendakian adalah saling bertegur sapa. kami pun saling bertegur, dan basi-basi menanyakan tujuan masing-masing. Karena kami berpapasan dari arah yang saling berlawanan maka kami mengira, orang itu akan turun gunung, tapi diluar dugaan kami, ketika kami katakan kami akan ke Kandang Badak, orang itu menunjukkan raut muka bingung, dan dia mengatakan bahwa dia juga akan menuju pos Kandang Badak. Jelas ada yang salah di sini, rombongan kami tidak mungkin salah jalan, karena sedari tadi kami mengikuti jalur sejak dari bawah, jadi jelas kita dari bawah, sedangkan orang ini datang dari atas yang merupakan arah yang berlawanan dengan kami, jelas orang inilah yang tersesat. menurut cerita ini, awalnya dia berjalan berdua dengan salah seorang kawannya dalam rombongan, tetapi memang orang yang tersesat ini jalan lebih lambat dari kawannya, dan ketika mereka sampai di pos Kandang Batu kawannya sudah jauh mendahuluinya, dia tidak khawatir karena sebelumnya dia pernah menempuh jalur ini, dia pun terus berjalan tetapi dia malah kembali lagi ke Kandang Batu, jelas ada yang salah, dia mencoba melewati jalur yang dia lewati tadi yang dia kira akan menuju ke Kandang Badak, tetapi beberapa saat kemudian dia berpapasan dengan kami, yang kemudian dia sadar dia berjalan berlawanan arah. Kondisi ketika itu memang cukup gelap, semua orang juga akan kebingungan mencari jalan di saat gelap, apalagi dalam kondisi kelelahan dan sendirian. setelah melewati air panas, kami sampai di pos Kandang Batu bersama si orang tersesat, inilah pos dimana si orang tersesat tidak dapat menemukan jalur yang benar. Ketika Kami sampai di pos Kandang Batu hujan mulai turun, kawan-kawan mulai mengenakan rain coat, tapi Masdan malah mengeluarkan sebuah plastik panjang yang digunakannya untuk alat berlindung dari hujan, kami pun berlindung di bawah plastik itu membentuk barisan kebelakang, kami sudah bagaikan pemain barong sai transparan, hanya Babe Utun dan orang yang tersesat tentu saja yang tidak melakukan hal yang kami lakukan. Sebagai seorang yang senior Babe Utun lah yang mengecek jalur, dan menemukan jalur yang benar. setelah jalur ditemukan, kami pun tak berlama-lama berdiam di pos Kandang Batu, dan menlanjutkan perjalan di bawah siraman hujan. setelah beberapa jam perjalanan di bawah guyuran hujan akhirnya kami sampai di Kandang Batu, kalau saya tidak salah ingat kami sampai sekitar pukul 21.00. Si orang tersesat pun kembali berkumpul dengan robongannya, pelajaran yang dapat dipetik adalah jangan pernah sendiri dalam melakukan pendakian walau anda seorang ahli sekalipun, dan jangan pernah gengsi untuk mengatakan "saya lelah". Hujan pun berhenti, dan kami bermalam di Kandang Batu, kami tidak membuka tenda karena kami bermalam di dalam ruangan reruntuhan bangunan. kami hanya mengenakan sleeping bag yang kami bawa. 

Pagi hari kami pun bangun dan mulai bersiap melakukan perjalanan ke puncak. kami membuat sarapan dan sekedar membuat minuman hangat. salah satu kawan karena tidak mau repot memasak, maka dia pun membeli nasi uduk dari penjual nasi uduk yang datang dari bawah. ya penjual nasi uduk, agak aneh memang di tengah hutan ada penjual nasi uduk, bahkan di puncak sekalipun kita dapat menemui penjual nasi uduk atau penjaja minimuan hangat. mungkin memang gunung Gede Pangrango ini sudah semakin banyak pengunjungnya, sehingga menjadi lahan basah bagi para penjaja makanan, sampai mereka rela melakukan pendakian (walau bagi mereka mungkin itu hal biasa saja). setelah sarapan dan berkemas kami pun siap untuk berangkat, sekitar pukul 08.00. 

Kami pun memulai perjalanan, dan di bawah ini beberapa foto perjalanan menuju puncak.



Dua gambar di atas adalah gambar saya ketika melintasi jalur sesaat sebelum sampai di jalur tanjakan setan. sayang saya tidak mengambil gambar jalur tanjakan setan. jalur tanjakan setan adalah jalur daki yang meiringannya hampir 90 derajat, untuk melewatinya kita harus berpegangan pada tambang yang memang dipasang pada jalur itu. 





Tiga foto diatas berlokasi di jalur yang tidak jauh lagi untuk sampai di puncak. cuacanya memang terlihat sedikit berkabut, tetapi tidak sampai turun hujan. dan pada pukul 12.30 kami pun sampai di Puncak Gede. di bawah adalah beberapa foto kami di puncak Gede. 








Kami pun memutuskan untuk bermalam di puncak. pengalaman yang sebelumnya belum pernah saya lakukan. kami pun mendapat tempat yang cocok untuk mendirikan tenda, lokasinya tepat di depan batu spanyol. namun pengalaman kami berkemah tidak sebaik yang dibayangkan. masalah mulai muncul ketika hari menjelang sore hujan pun turun, dan kami baru sadar kalau tenda yang kami gunakan bermasalah. tenda kami bocor, maka air hujan pun masuk ke dalam membuat kami kebasahan. Plastik panjang milik Masdan dan poco, tidak cukup membuat tenda kami terlindungi (ya tenda kami tidak ada flysheetnya, maklum tenda sewaan dan kami tidak sempat mengecek kondisinya). maka malam itu menjadi malam yang sangat panjang. kami harus menahan dingin dalam kondisi basah. tidak leluasa untuk tidur, ya kerena memang tidak cukup ruang untuk kami berlima untuk tidur. Di saat kondisi kritis seperti itu, adalah saat ketika kita begitu tulus dan memasrahkan diri ketika menyebut nama Tuhan. mungkin di saat itulah kita benar-benar merasa sangat dekat dengan Tuhan, begitu membutuhkan Tuhan, begitu lemah di hadapan Tuhan. 

Hujan pun berhenti sekitar tengah malam, sedikit mengurangi penderitaan kami. ketika hujan berhenti langit menjadi begitu bersih, kami dapat melihat pemandangan bulan yang bersinar dengan terang. sebuah pemandangan yang menakjubkan. kesempatan berhentinya hujan kami manfaatkan untuk membuat makanan hangat dan minuman, sebelum kami melanjutkan istirahat kami dalam posisi yang seadanya. pagi hari kami mulai berkemas dan mulai perjalanan untuk turun. cuaca masih berkabut, sehingga walau kami sudah berkemah di puncak kami tidak bisa menyaksikan matahari terbit dari puncak, bahkan kami juga tidak bisa melihat pemandangan puncak Pangrango. 

Kami turun melalui jalur yang berbeda dari jalur mendaki, kami turun melalui jalur Gunung Putri. Maka kamipun melewati alun-alun Surya Kencana. Alun-alun ini berada di lembah dan sangat luas, yang ditumbuhi banyak tanaman bunga edelweis, namun sayang sekali ketika itu belum masa bunga bermekaran. 





Perjalanan kembali selalu terasa lebih cepat. itulah yang kami rasakan selama perjalanan turun, tidak ada kesuliltan berarti ketika perjalanan turun, ya karena memang kami jalan menurun sehingga laju kecepatan kami pun cukup cepat. namun saya membanyangkan apabila kami sedang mempuh jalur yang berlawanan kami akan akan mengalami kesulitan, karena memang untuk mendaki jalur Gunung Putri ini memang cukup terjal, sangat menguras energi, bagi para pendaki pemula seperti saya. 



Kami sampai di bawah, di pos Gunung Putri sekitar pukul 14.00 atau lebih, saya kurang ingat. kami melakukan pengecekan di checkpoint, dan turun, istirahat dan makan. Perjalanan ini menyisakan sebuah kenangan, pengalaman, dan kisah yang tidak akan pernah saya lupakan, banyak pelajaran dan pengalaman yang sangat berharga bagi saya. 

dari LIDAH turun ke PERUT nyangkut di HATI



ada pepatah mengatakan “dari mata turun ke hati”, pepatah ini sering kali muncul bagi orang-orang yang tengah jatuh hati . . tapi bagi saya pepatah ini kurang panjang hahahaha . . maka saya lebih suka dengan pernyataan yang tertera dalam judul “dari lidah turun ke perut nyangkut di hati” …
tapi saya lagi nggak ngomongin soal kasmaran atau cinta-cintaan . . saya lagi mau ngomongin soal makanan. yup. makan adalah kegiatan yang setiap hari kita lakukan, dan makanan adalah objek yang menjadi korban subjek (setidaknya begitulah penjelasan guru bahasa Indonesia saya saat di bangku SMP, ketika menjelaskan konsep SPOK). manusia tidak akan bisa hidup apabila selamanya manusia tidak pernah makan, yaaa setidaknya ini justifikasi kebanyakan orang. dengan demikian makanan menjadi hal yang sangat penting, bahkan makanan memiliki strata yang lebih tinggi dibandingkan tempat tinggal, tapi memang masih di bawah pakaian sih (sandang, pangan, papan). jadi setelah orang berpakaian, hal kedua terpenting adalah makan, baru setelah itu bertempat tinggal. jadi nggak masalah orang ga punya rumah, asal dia masih bisa makanan tanpa telanjang. 
tapi bagi sebagian “macam” orang lebih mementingkan makan dibandingkan pakaian dan tempat tinggal, jadi dia nggak punya tempat tinggal + pakaian, tapi tetep makan, dan siapakah mereka  …  exactly mereka adalah orang gila :p 
anyway . . kembali ke masalah makanan, ada banyak sekali jenis makanan, yang beraneka rupa dan rasa sesuai dengan masyarakatnya. berbagai macam olahan bahan makanan terhidangkan baik di meja, diatas tikar, tempat tidur, atau langsung di tangan anda semua. setiap menu yang ada akan selalu memberikan kesan yang berbeda bagi setiap lidah yang memakannya.
saya bersyukur kepada Allah, yang menciptakan lidah manusia dengan kemampuan untuk mengecap berbagai rasa (manis, asam, asin, pahit, pedas, dll), kecapan rasa yang merasuk dalam syaraf lidah dapat menimbulakan berbagai macam perasaan dan emosi (senang, amarah, sedih, bahagia, kasmaran, dll). kombinasi rasa itu kemudian turun ke perut, dan seringkali membuat kita menjadi lebih nyaman (kenyang), atau malah justru membuat kita kerepotan (mondar-mandir ke kamar kecil). berbagai macam sajian telah dapat memberikan pengalaman yang berbeda, namun sajian yang diolah dengan sempurna, baik kombinasi bahan dan bumbu maupun tampilan penyajian, yang dapat memberikan kesan yang mendalam dan bersemayam dalam hati kita. 
Food not just empty thing, Food have a Soul . .