Kamis, 27 September 2012

Berbuat Kebaikan



Banyak orang ingin menjadi baik, banyak orang yang memiliki mimpi untuk menjadi baik. Deskripsi setiap orang ketika ingin menjadi orang baik selalu identik, dengan ungkapan “sebaik-baik manusia adalah manusia yang bermanfaat bagi orang lain.” Banyak orang yang memaknai ungkapan ini menjadi terlalu jauh dari dirinya, saya bukannya ingin mengatakan bahwa kita tidak boleh bermimpi besar, tetapi terkadang ketika kita bermimpi besar meskipun mimpi kita baik, kita malah jadi melupakan atau tidak melihat hal kecil yang baik yang jelas-jelas dapat, dan mungkin telah kita lakukan sekarang ini. banyak orang yang bermimpi bisa membangun sekolah bagi anak-anak miskin, membangun rumah sakit untuk orang-orang papa, menjadi pemimpin yang dapat menggunakan pengaruhnya untuk kebaikan. Tidak ada yang salah dengan mimpi-mimpi itu, yang kurang tepat adalah ketika, dalam proses kita menggapai mimpi-mimpi yang mulia ini kita justru sibuk untuk memantaskan diri dapat mewujudkan impian besar kita, kita merasa belum cukup baik sampai kita bisa mewujudkan impian besar kita itu. Kita kemudian menganggap remeh kebaikan-kebaikan kecil yang telah kita lakukan. Di satu sisi, perasaan seperti ini mungkin dapat memotivasi kita untuk terus berbuat lebih besar, lebih besar lagi, tapi di sisi lain sikap ini bisa menjerumuskan kita pada pemikiran bahwa hal remeh seperti itu tidaklah penting. Kita malah mengorbankan atau meremehkan kebaikan kecil dengan dalih itu belum cukup baik dibandingkan kebaikan dan kebermanfaatan yang lebih besar yang belum kita lakukan. Lebih mirisnya lagi kita sudah merasa gagal ketika kita merasa tidak bermanfaat untuk orang banyak, padahal kita sudah banyak melakukan kebaikan-kebaikan kecil, seperti sekedar misalnya meminjamkan pena kita kepada teman yang tidak membawa pena. Sebagai manusia yang baik kita memang harus bermanfaat bagi orang lain, dan itu bisa dilakukan setiap saat setiap detik dalam bentuk kebaikan sekecil apapun, dan tidak selamanya kebaikan kepada orang lain itu dimaknai sebagai membantu orang lain secara langsung, ketika kita menjaga kesehatan diri kita sendiri pun kita sudah berbuat baik kepada orang lain, tidak perlu merepotkan orang lain untuk mengurus kita apabila sakit. jangan pernah mengukur kebaikan, lakukan saja yang bisa kita lakukan saat itu juga, apabila saat itu kita hanya bisa memberikan senyuman, ya lakukanlah, apabila kita memang pantas melakukan kebaikan besar pasti Allah akan memberikan kekuatan dan sumber daya yang besar besar pula.  Karena kebaikan besar merupakan perwujudan dari kebiasaan kita melakukan kebaikan-kebaikan kecil. 

Senin, 10 September 2012

Mistifikasi Alam

Indonesia merupakan negara yang memiliki keindahan alam yang luar biasa. Setidaknya hampir semua landscape panorama alam Indonesia memilikinya, dari panorama laut, danau, pegunungan, hutan, savana dll, kucuali gurun yang Indonesia tidak memilikinya. Keindahan alam yang Indonesia miliki tidak terlepas juga dari mitos-mitos yang berkembang di masyarakat, yang mana ini merupakan bagian dari budaya dan tradisi yang mengakar di masyarakat. Banyak kisah-kisah misteri, mitos, dan legenda yang melingkupi sebuah kawasan alam tertentu, seperti gunung, laut, dsb. Kisah-kisah ini berkembang dan meluas di kalangan masyarakat tidak hanya secara kuantitatif, namun juga kualitatif. Artinya, pemaknaan kisah-kisah itu yang diterima oleh masyarakat juga berkembang. mitos dan legenda muncul adalah sebagai sebuah refleksi spiritualitas masyarakat. sebagai pengungkapan rasa "syahdu" akan lingkungan sekitarnya, akan pengalaman-pengalaman yang bersifat adi kodrati. Artinya ada semacam keterhubungan antara manusia dengan alamnya.
kisah-kisah yang berkembang yang berkaitan dengan makhluk halus dan alam sekarang ini sudah lebih dimaknai sebagai sesuatu yang menakutkan. sebagai seorang muslim saya percaya bahwa ada kehidupan lain yang berada bersama kita, hanya saja kita tidak dapat berinteraksi secara langsung, dan memang tidak seharusnya kita berinteraksi dengan mereka. setidaknya saya memahami bahwa Allah menciptakan manusia dan jin berada di dalam satu alam semesta ini, keduanya baik manusia maupun jin adalah bagian dari keseluruhan alam semesta ini. alam semesta ini bisa dikatakan sempurna dan lengkap apabila kita merasa bagian dari semua yang ada, termasuk jin. kisah-kisah yang berkembang, mengarahkan kita untuk melakukan penyangkalan akan adanya makhluk tersebut. cerita-cerita pengalaman orang yang diganganggu oleh keberadaan makhluk halus di suatu tempat dimankanai sebagai sebuah pertentangan antara manusia dan makhluk halus. kan bisa saja kita maknai peristiwa tersebut sebagai hasil reaksi dari suatu aksi. bisa saja yang terjadi justru manusialah yang kurang menghargai keberadaan makhluk halus tersebut, jangankan makhluk halus, manusia saja apabila tidak menghargai manusia pasti akan tersinggung bukan. memang dalam Al-Quran sendiri manusia dipertentangkan dengan syaitan. tapi ketahuilah bahwa syaitan berbeda dengan jin, syaitan adalah kata sifat yang menggambarkan pada perilaku yang buruk, yang menghasut kepada keburukan, jadi syaitan bisa dari golongan jin maupun manusia. intinya yang ingin saya sampaikan disini adalah, selama ini alam liar seperti hutan, gunung, laut selalu tidak terlepas dari kisah-kisah mistis yang melingkupinya, kisah-kisah seperti itu sudah sangat menyesatkan, kita jadi cenderung mengkeramatkan secara negatif dan menyikapinya dengan rasa takut. yang seharusnya kita rasakan ketika kita berada di tengah-tengahnya adalah "kekramatan" yang syahdu, bahwa kesemua yang ada dalam alam liar itu merupakan bagian dari kemurnian alam semesta kita. alam liar seperti hutan merupakan refleksi kemurnian alam, dimana kita dapat merasakan udaranya, tanahnya, daun-daunnya dan setiap penghuni yang ada di dalamnya, ada suatu bentuk keindahan spiritual menyatu dengan alam semesta, the mother of nature. bukan kemudian kita malah merasa takut dan cekam. selama kita dapat menerimanya, dan menghargai sesama makhluk Allah, niscaya tidak akan terjadi sesuatu yang buruk. selama kita berserah kepada Allah, salah satu keberserahan diri kita yang menyatu dengan alam.