Jakarta sebagai kota megapolitan kerap menemui berbagai permasalahan, salah satu yang seolah sudah menjadi permasalahan langganan adalah banjir. Jakarta memiliki siklus 5 tahunan diterjang banjir besar, meski juga di setiap tahunnya Jakarta juga tergenangi banjir di beberapa wilayah dengan intensitas keci hingga sedang. Siklus 5 tahunan ini setidaknya sudah terjadi sejak tahun 2002, 2007, dan sekarang tahun 2013. Kondisi banjir pada tahun 2013 ini dikatakan sebagai kondisi terparah dibandingkan pada banjir-banjir periode sebelumnya. Hampir semua kawasan Jakarta tergenangi oleh banjir, dari yang setinggi lutut orang dewasa sampai ada kawasan yang tergenang hingga kedalaman 470cm menurut keterangan Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto saat diwawancarai di acara talk show salah satu stasiun televisi swasta nasional. Setidaknya ada 15.423 jiwa yang mengungsi berdasarkan data yang dirilis oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) (data update tanggal 18 Januari 2013), yang tersebar di beberapa titik wilayah Jakarta. Sampai tulisan ini dipublikasikan, banjir di beberapa wilayah masih belum surut, bahkan menurut berita yang ditayangkan di beberapa televisi swasta, kawasan Pluit, Jakarta Utara mengalami kenaikan intensitas banjir. Berikut beberapa gambar yang saya peroleh ketika saya datang ke salah satu kawasan yang tergenang banjir di Kampung Melayu, Jakarta Timur.
(Banyak terlihat anak-anak yang menjadikan genangan air ini sebagai tempat bermain)
Wilayah Kampung Melayu ini sempat menjadi salah satu kawasan yang terkena dampak paling parah dari banjir. Namun ketika gambar ini diambil ketinggian air sudah mulai surut. Ketinggian air kurang lebih antara lutut orang dewasa hingga pinggang, tapi memang ada beberapa wilayah yang ketinggian airnya masih kurang lebih setinggi dada orang dewasa.
(genangan air dan lumpur sisa banjir)
(petugas kebersihan yang tengah membersihkan sisa banjir)
(jalanan yang telah surut dari banjir dipadati oleh pedagang makanan)
Tergenangnya badan jalan dari arah Tebet-Kampung Melayu, mengakibatkan akses jalan tersebut tidak dapat dilalui oleh kendaraan bermotor. Jalan layang Tebet-Kampung Melayu pun juga tidak dapat dilalui meski badan jalan layang tidak turut tergenang banjir. Tampak jalan layang lengang, bahkan banyak orang yang duduk-duduk dan melintasi jalan tersebut dengan berjalan kaki. Di kedua sisi badan jalan dari arah Tebet-Kampung Melayu dan sebaliknya tampak beberapa orang yang menawarkan jasa gerobak untuk mengangkut orang-orang atau Sepeda motor yang ingin menyeberangi badan jalan yang tergenang air.
(tampak jalan layang yang dilalui oleh pejalan kaki dan salah seorang anak tengah duduk di pemisah badan jalan layang)
(salah satu warga yang menawarkan jasa gerobak)
(tampak sepeda motor yang diangkut oleh gerobak)
(warga yang menggunakan jasa gerobak untuk melintasi genangan air)
(tampak warga berdempetan di atas gerobak, akan melintasi genangan)
(tampak sepeda motor yang mogok akibat nekat menerobos genangan)
Banjir di kawasan Kampung Melayu ini terjadi akibat dari meluapnya Sungai Ciliwung yang melintas di kawasan terebut. Terlihat pula sampah yang menumpuk di aliran Sungai Ciliwung tersebut, sampai-sampai orang dewasa dapat berdiri di atasnya tanpa takut amblas. Sampah memang salah satu penyebab dari terhambatnya aliran sungai, sehingga meluap ke kawasan permukiman penduduk.
(sungai Ciliwung yang meluap hingga ke permukiman)
(aliran air sungai Ciliwung yang cukup tinggi)
(tampak sampah yang menumpuk dan menghambat aliran sungai)
(seorang pemulung yang tengah memilah di atas tumpukan sampah)
(tampak dari kejauhan seorang camera person dan reporter salah satu televisi swasta nasional yang tengah melakukan laporan langsung, serta pemulung berdiri di atas tumpukan sampah di aliran sungai Ciliwung)
Peristiwa bencana banjir ini mengundang simpati banyak pihak. Banyak posko-posko bantuan banjir yang didirikan di sekitar kawasan Kampung Melayu. Warga sekitar juga nampak sibuk menanggulangi banjir yang melanda kawasannya. Tidak hanya warga biasa saja yang terpanggil untuk meninjau dan memberikan bantuan kepada korban banjir, salah satu selebriti nasional, Derry Sudarisman atau dulu yang lebih kita kenal dengan sebutan Derry Empat Sekawan juga nampak tengah meninjau kawasan banjir di Kampung Melayu tersebut.
(beberapa posko bantuan banjir yang terlihat di sekitar kawasan Kampung Melayu)
(tampak warga setempat tengah membuka saluran air)
(tampak relawan animal rescue dari Dompet Dhuafa)
(Derry Sudarisman yang tampak di lokasi banjir)
Peristiwa ini menjadi tantangan bagi pemerintahan Gubernur DKI baru Jokowi dan seluruh jajarannya. Pemerintah provinsi dan Pusat dituntut untuk dapat mengurai permasalahan banjir di Ibu Kota ini. Jangan sampai pusat pemerintahan dan perekonomian Indonesia ini kelak benar-benar lumpuh akibat penanganan yang kurang bijak dalam permasalahan ini. Tetapi selain peran pemerintah baik pusat maupun daerah, patut diingatkan pula bahwa perlu adanya kesadaran dari warga yang tinggal dari hilir sampai ke hulu yang dilewati oleh sungai yang menyumbang aliran airnya ke Jakarta, untuk lebih perduli lagi terhadap pelestarian lingkungan. Momen ini juga menjadi bahan evaluasi dan instrospeksi diri bagi setiap orang, untuk lebih perduli dengan keadaan lingkungan sekitarnya. Lebih baik mencegah, dari pada mengobati.
maksud nya ini yang mengkontruksi realitas?
BalasHapusbtw aku lebih suka tampilan blog mu yang skrg dibanding yang kemaren.. hehe..
Viciiii foto2nya bagus, pas bgt... suka. love it,
BalasHapus