"Setiap kamu punya mimpi atau keinginan atau cita-cita, kamu taruh disini, di depan kening kamu... jangan menempel. biarkan..." "... menggantung 5 centimeter ..." "... jadi dia nggak akan pernah lepas dari mata kamu"
".... kaki yang akan berjalan lebih jauh dari biasanya, tangan yang akan berbuat lebih banyak dari biasanya, leher yang akan lebih sering melihat ke atas, lapisan tekad yang seribu kali lebih keras dari baja." " dan hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya" " serta mulut yang akan selalu berdoa"
Kalimat dan dialog-dialog tersebut saya kutip langsung dari novel "5 cm." yang ditulis oleh Donny Dirgantoro, yang telah diangkat menjadi film dengan judul yang sama, disutradarai oleh sutradara muda Indonesia berbakat, Rizal Mantovani. Film ini berkisah tentang 5 sahabat, Zafran (Herjunot Ali), Genta (Fedi Nuril), Arial (Denny Sumargo), Riani (Raline Shah), Ian (Igor Saykoji), serta ada satu tokoh diluar 5 sahabat ini yaitu Arinda atau Adinda (Pevita Pearce) adik dari Arial, yang telah menjalin persahabatan mereka selama belasan tahun, semenjak mereka masih mengenakan seragam putih abu-abu. Mereka selalu menghabiskan waktu bersama, hingga suatu ketika mereka merasa jenuh dengan hubungan persahabatan mereka. mereka pun memutuskan untuk tidak saling berhubungan terlebih dahulu sampai waktu yang ditentukan. selama jangka waktu mereka menjalani kehidupan masing-masing, kelima sahabat ini menemukan hal-hal atau pelajaran yang membuat mereka menjadi lebih baik. Mereka pun bertemu kembali untuk melakukan sebuah petualangan yang tidak akan pernah mereka lupakan selama hidup mereka.
Novel sekaligus film ini merupakan sebuah kisah persahabatan, percintaan, petualangan dan pelajaran mengenai kehidupan. Kita akan belajar banyak akan makna dari persahabatan yang lebih dari sekedar hubungan pertemanan, bagaimana kita menerima sahabat kita seutuhnya, kebaikannya dan tentu keburukannya, dimana kita akan selalu mendukung apapun keadaan dan apapun yang terjadi pada sahabat kita. Kita juga akan belajar mengenai makna cinta yang tidak selalu memiliki, arti dari ketulusan cinta dan kelapangan hati, ini lah tema yang menjadi sentral dalam film "5 cm". Kemudian petualangan menjelajahi alam gunung Semeru, selain kita akan di suguhi oleh pengalaman sinematis menakjubkan, yakni penampakan alam hutan-hutan semeru, Ranu Kumbolo, dan keindahan dari puncak Mahameru sendiri yang begitu indah, dari segmen ini kita juga dapat belajar mengenai keteguhan tekad dan perjuangan kita dalam menggapai suatu tujuan, suatu mimpi yang ingin kita wujudkan. Sebenarnya dalam novel kita juga akan mendapat pesan-pesan kemanusian dan moral yang dapat kita pelajari, namun dalam film, tema ini tidak terlalu diangkat, mungkin ini memang salah satu strategi sutradara untuk memberikan distingsi antara tema novel dan film, meskipun filmnya juga masih dalam satu alur dalam novel.
Akting para aktor dan aktris, penggarapan gambar serta latar belakang musik yang diisi oleh grup band Nidji, telah berhasil membawa para penonton larut dalam alur cerita dan gambar yang disajikan. Gelak tawa kerap terdengar dari penonton, tak sedikit pula penonton yang terbawa emosi hingga meneteskan air mata harunya. animo penonton terhadapap film ini pun sangat baik, pada penayangan perdana kemarin pada tanggal 12 Desember 2012 di salah satu bioskop di kota Depok, tiket di semua jam penayangan terjual habis. Film ini memang telah banyak dinantikan oleh para pembaca novel 5 cm sejak lama, novelnya sendiri pertama terbit pada tahun 2005, maka wajar saja apabila sudah banyak para pembaca yang ingin menyaksikan film ini.
Selain komentar positif dari para penikmat film ini, kritik selalu saja ada sebagai konsekuensi dari film yang diangkat dari cerita novel. Selalu ada komentar bahwa apa yang disajikan dalam film kurang sesuai dengan yang ada dalam novel, perbandingan seperti ini memang tidak bisa terelakkan. tidak sedikit memang yang merasa kurang puas dengan adanya perbedaan antara novel dengan filmnya. Tetapi dalam melihat kondisi seperti ini, saya selalu berkomentar bahwa, karya sastra novel memang berbeda dengan karya sinema. karya novel memiliki standar penilaiannya sendiri sebagai karya sastra, begitu pula dengan karya sinematis juga memiliki standar penilaiannya sendiri, maka lebih bijak apabila kita melihat kedua karya tersebut dalam kacamata masing-masing bidang karya tersebut. Sehingga kita dapat menikmati novel tersebut sebagai karya sastra, dan menikmati film tersebut ya sebagai sebuah karya sinematis. perbandingan kurang tepat dilakukan karena kondisinya memang tidak "aple to aple", baiknya karya sastra yang dibandingkan dengan sesama karya sastra, karya sinematis ya bandingkanlah dengan sesama karya sinematis. namun terlepas dari permasalahan itu, saya sendiri menilai esensi dari novel 5 cm ini masih dapat dirasakan dalam filmnya. Saya sangat mengapresiasi film ini, film ini sangat layak ditonton dan saya rasa film ini merupakan salah satu film terbaik di penghujung tahun 2012.
"Sebenarnya dalam novel kita juga akan mendapat pesan-pesan kemanusian dan moral yang dapat kita pelajari, namun dalam film, tema ini tidak terlalu diangkat, mungkin ini memang salah satu strategi sutradara untuk memberikan distingsi antara tema novel dan film, meskipun filmnya juga masih dalam satu alur dalam novel. "
BalasHapusaku setuju deh sama yang ini.. yang di film nya itu datar aja gitu sih kayaknya, g ada sesuatu yang bs aku tangkep selain keindahan semeru nya aja sama lucu2 nya...