Rabu, 26 Desember 2012

Sorrow

Sebagai manusia yang hidup dalam kehidupan di dunia ini pasti pernah merasakan senang dan sedih. Senang dan sedih sudah menjadi bagian dalam kehidupan manusia, apabila tidak ada senang manusia tidak tahu rasanya sedih, begitu pula sebaliknya, apa benar seperti itu ? ya bisa benar, bisa juga tidak, tergantung manusia ingin melihatnya dengan cara apa. Pada umumnya pasti manusia ingin menggapai kesenangan dalam kehidupan ini, pada umumnya tidak ada manusia yang mau menjalani kehidupan dalam kesusahan. Usaha-usaha yang dilakukan manusia pasti berujung pada harapan akan kesenangan. Namun apabila kita lihat, dalam kehidupan ini ada manusia yang lahir sudah dalam gelimang kesenangan, dan ada juga manusia yang dari lahir sampai berakhir masa hidupnya selalu berada dalam kesusahan. Apa yang kita lihat dari permukaan itu memang masih bisa dipertanyakan, karena yang menjalani dan merasakan apa itu susah dan senang hanya orang yang bersangkutan. Intinya dalam kehidupan ini manusia tidak akan pernah lepas dari apa itu hal baik dan hal buruk. 

Saya memiliki pandangan tertentu mengenai hal ini. Pandangan saya ini dilatar belakangi oleh pengetahuan saya sebagai seorang penganut agama Islam (saya bukan seorang ahli agama), setidaknya pemikiran yang akan saya ungkapkan ini tidak akan terlepas dari apa yang sudah saya ketahui dan dapatkan selama saya menjadi seorang muslim. Preposisi saya adalah, manusia terlahir dalam kehidupan di dunia saat sekarang ini memang untuk menjadi susah. Turunnya Adam a.s. dan Siti Hawa ke dunia merupakan sebuah bentuk hukuman yang diterapkan Allah kepada mereka, atas suatu kesalahan. Kehidupan di dunia kemudian, dapat dianggap sebagai tempat penebusan dosa atau tempat penghukuman yang apabila manusia berhasil melewati masa hukuman itu maka manusia akan mendapatkan pembalasan yang baik, dan apabila manusia tidak berhasil melewati itu, maka dianggap sebagai manusia yang tidak memanfaatkan kesempatan yang diberikan, dan malah semakin menjadi-jadi dalam melakukan kedurhakaan, maka akan mendapat penghukuman yang lebih berat dan tidak ada kesempatan lagi untuk memperbaiki kesalahan mereka. Dalam hal ini kemudian dikenal lah apa itu surga dan neraka, serta konsepsi kehidupan setelah mati yang kekal.

Bentuk esensi kehidupan, dimana dunia adalah tempat penebusan dosa, bisa dikatakan adalah kesusahan atau penderitaan. Analogi sederhananya, apakah ada tempat penebusan dosa atau penghukuman itu merupakan tempat yang menyenangkan. Jadi dalam konsep pemikiran saya, untuk susah atau untuk menderita lah esensi dari keberadaan manusia di dunia ini. cobaan sesungguhnya dalam kehidupan ini adalah kesenangan. kenapa saya berpikir demikian, saya melihat dan merasakan bahwa dan pasti kebanyakan orang juga merasakannya, aturan-aturan Tuhan itu cenderung mensupresi kesenangan, banyak pertanyaan-pertanyaan awam muncul, "kenapa sih semua yang dilarang Tuhan itu hal-hal yang menyenangkan?" (setidaknya yang dianggap menyenangkan di dunia ini), dan jawaban yang muncul pasti "Tuhan memberikan perintah dan larangan pasti ada alasannya, dan pasti itu untuk kebaikan kita" dan banyak sekali kemudian muncul upaya rasionalisasi berbagai perintah dan larangan Tuhan, setidaknya untuk memberikan pemahaman kepada umat dengan pendekatan yang dapat dieterima oleh umat.

Saya sedang tidak berupaya untuk mempertanyakan, menyangkal atau mengeluhkan ketentuan Tuhan, saya hanya ingin mengungkapakan pemikiran saya saja. Baik saya lanjutkan lagi, dalam Islam juga ada konsep zuhud (akan ada banyak definisi dan pemahaman mengenai konsep ini ), apa yang saya pahami dalam konsep ini adalah bahwa manusia lebih baik hidup dalam kesederhanaan, tidak dalam kesenangan yang berlebihan, dalam konsep ini dapat dilihat bahwa lagi-lagi manusia lebih dianjurkan untuk menekan kesenangan, lebih baik manusia hidup dalam kesederhanaan, yang menurut penilaian sebagian masyarakat awam, kehidupan sederhana adalah kehidupan yang susah, saya tidak akan menyangkal ada orang yang akan menilai kesederhanaan bukanlah bentuk kesusahan, tapi pandangan terakhir itu saya kira hanya dianut oleh sebagian kecil orang. Tapi saya yakin ada kesadaran pada pelaku zuhud bahwa, kehidupan sederhana merupakan kehidupan yang tidak menyenangkan dan mereka harus menerimanya dengan ihklas demi memperoleh kesenangan yang lebih hakiki.

Dapat kita lihat muncul satu konsep lagi yang disebut ikhlas, ikhlas secara sederhana dapat diartikan sebagai bentuk kerelaan atau menerima kondisi yang dianggap oleh diri sebagai kondisi yang tidak menyenangkan. Dalam agama, ikhlas merupakan hal yang baik, jadi manusia di dunia ini memang hidup untuk susah dan diperintahkan untuk menerima penderitaan itu dengan kerelaan, supaya nanti di kehidupan setelah mati mendapatkan kesenangan yang sesungguhnya. Satu lagi hal yang bagi sebagian besar manusia enggan untuk melakukannya karena menganggap kegiatan ini tidak menyenagkan tetapi diperintahkan oleh Tuhan, yakni melakukan ritual peribadatan, salah satu ujian sabar terberat manusia adalah ketika menjalani ritual peribadatan. Shalat contohnya, padahal shalat kalau dipikir-pikir merupakan kegiatan yang sederhana dan tidak memerlukan waktu dan energi yang besar, tetapi kenapa masih banyak orang yang merasa berat melakukannya, Shalat bagi sebagian orang dianggap sebagai beban (entah bebannya itu ada dimana). 

Jadi apakah manusia di dunia ini tidak boleh merasakan kesenangan ? tentu saja boleh, bahkan Allah menjamin itu, tetapi Allah juga selalu mengingatkan bahwa jangan bersenang-senang terlalu berlebihan hingga lupa kepadaNya. Saya lebih menganggap kesenangan dalam kehidupan merupakan sebuah keringanan dari Allah, kepada manusia yang tengah menjalani masa penebusan dosa, maka kita diperintahkan untuk bersyukur/berterima kasih atas kebaikan yang diberikan Allah dan selalu diingatkan apa sebetulnya esensi manusia hidup di dunia ini. Melakukan kebaikan, menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain. Apabila kita lihat perilaku baik dan menjadi orang yang bermanfaat yang diajarkan oleh agama merupakan sesuatu yang sebetulnya bagi individu merupakan hal yang tidak menyenangkan. Bersedekah misalnya, secara naluriah, ego manusia untuk menggapai kesenangan itu besar, kepemilikan pribadi selalu menjadi hal yang dikejar oleh manusia, yang membuat manusia merasakan kesenangannya, tetapi agama mengajarkan umatnya untuk bersedekah, memberikan sesuatu yang dicintainya untuk orang lain yang lebih membutuhkan, ini merupakan bentuk pengorbanan yang tidak menyenangkan, dan manusia diperintahkan untuk menerima ketidaknyamanan itu dengan ikhlas, dengan perasaan rela, internalisasi konsep ini begitu kuat sehingga sudah dieterima sebagai konsep kebaikan. kita bisa lihat kebaikan itu muncul dari kerelaan atas penderitaan. Saya melihat ini menjadi sebuah fakta, yang tidak untuk disangkal, tetapi lebih kepada sesuatu yang harus dijalani dengan keterbukaan pikiran dan hati. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar