Suatu lembah yang dingin, diselimuti kabut dan embun.
Angin berhembus kencang, menyuarakan siul yang memecah keheningan, sedikit menggoyahkan pucuk pepohonan yang membentang, nampak bagaikan sebuah dinding hidup dan berbisik.
tiada kata terucap, semua terdiam, terbungkus oleh balutan wool yang hangat. ditengah keheningan itu, Sancaka melayangkan pikirannya pada sebuah dimensi yang tak terjamah oleh kata dan bahasa. Didengarnya suara bisikan yang tak berbahasa, namun sangat dimengertinya apa maknanya.
...
Rani mencoba memejamkan matanya, berharap dirinya mampu mencapai alam bawah sadarnya dan berjumpa dengan sosok imajinya, walau hanya untuk memandanginya saja, tanpa kata tanpa bahasa. namun matanya tak jua terpejam. ketika kelopak matanya mengatup, sekelibat bayangan sosok lain melintas di benaknya. ingin dihapusnya sosok bayangan itu, tapi apalah daya, Rani sadar bahwa dirinya telah terperosok jauh ke dalam sebuah dimensi yang tak mengenal simbol dan aksara, dimensi dimana hanya ada dia bersamanya. ada rasa manis dan getir terkecap oleh kalbunya.
...
Deru angin semakin kencang, tak hanya siul yang terdengar, kini tetumbuhan pun mulai saling berbisik.
Dharma terduduk diam . . .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar