Sebagai manusia kita memiliki berbagai macam emosi yang dapat kita rasakan. Setiap emosi yang kita rasakan dalam diri kita terpengaruh oleh berbagai peristiwa yang kita hadapi dalam keseharian kita. Perasaan senang, sedih, haru, kecewa, senang+sedih, kecewa+gembira dll. Aneh mungkin apabila melihat saya menuliskan sebuah ungkapan perasaan dalam bentuk dua emosi menjadi satu, bahkan keduanya saling bertolak belakang, namun pada kenyataannya kita sering merasakannya dalam keseharian. Banyak orang kemudian menyebut perasaan tersebut sebagai sebuah perasaan yang campur aduk. Mungkin orang ini baru saja memperoleh promosi jabatan, atau mendapat pasangan baru, atau bisa juga baru saja ditinggalkan oleh pasangannya (jangan berpikir kalau ini terjadi pada saya ha ha ha ha ), tapi itulah berbagai peristiwa yang selalu terjadi di sekeliling kita. Luapan emosi yang begitu besar, bisa menjadi suatu yang tak dapat dijabarkan dengan hanya sebuah kata atau kalimat. ya mungkin untuk orang-orang yang memiliki kemampuan imajinasi lebih dapat menuangkannya dalam bentuk syair, puisi, lagu, lukisan, drama, tarian, dan berbagai bentuk seni lainnya, namun itu hanyalah sebuah refleksi, bahkan mungkin hanya sebuah metafora, yang diciptakan untuk menggambarkan atau bahkan melebihkan luapan emosi yang sebenarnya. Bagaimanapun perasaan luapan emosi yang sebenarnya tidaklah dapat terdefinisikan, seperti kebanyakan orang akan berkata, "tak bisa kuungkapkan dengan kata-kata."
Luapan emosi ini mungkin tidak dapat terdefinisikan, namun dapat termanifestasikan dalam bentuk tindakan kita. Berteriak, menangis, tertawa, tersenyum, mengerutkan dahi, mengusapkan tangan, menggerakkan kaki dengan cepat, melempar barang, menuliskan sesuatu di laman jejaring sosial atau bahkan hanya terdiam dan menerawang. Setiap bentuk manifestasi yang kita keluarkan akan memperlihatkan pancaran energi yang nampak di hadapan orang lain. Baik langsung atau tidak, pancaran tersebut akan berpengaruh pada orang lain pula. Saya percaya bahwa, setiap luapan emosi memang tidak sepantasnya untuk dipendam, namun bagaimana kita menata luapan emosi kita menjadi suatu hal yang dapat memancarkan energi yang baik. tidak selamanya ketika kita marah, kita harus berteriak-teriak atau menghancurkan barang-barang, daripada melakukan itu kita dapat melakukan hal lain, seperti duduk dan meminum segelas air alih-alih kita membanting gelas tersebut, atau bernyanyi lagu rock alih-alih kita beteriak mengumpat. Oke mungkin kata dan kalimat saya terbaca terlalu naif, tapi kenapa kita harus memandang sesuatunya buruk terlebih dahulu alih-alih suatu hal yang positif. Orang mau berbuat baik selalu prasangka buruk terlebih dahulu yang muncul, orang ingin melakukan sesuatu yang positif dikatakan naif, dan akan ditambah dengan kata-kata "ini dunia realita bukan infotainment". Ha ha ha ha ha ha ha . . . tapi dipikir-pikir saya berprasangka buruk juga dong kalo saya bilang "orang" akan berkata naif, lihat maksud saya kan, saya berprasangka pada si "orang". Ya memang saya akui memang kehidupan ini tidak selamanya indah, itu memang sebuah konsekuensi, keburukan sudah menyatu dengan keindahan itu sendiri, tapi kalau keindahan terasa lebih nyaman mengapa kita fokus pada keburukan, yang kita tahu kita tidak dapat menolaknya juga, jadi tidak usah memikirkan atau merisaukan suatu hal yang pasti kita rasakan. Nikmati sajalah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar